Pada pertengahan 1920-an, seorang desainer interior muda Prancis, Jean-Michel Franck, pindah ke sebuah apartemen abad ke-18 di sebuah jalan sempit di Left Bank.Dia memperlakukan pemugarannya sebagai rumah klien masyarakat kelas atas seperti Viscount dan Viscountess de Noailles dan penulis Inggris Nancy Cunard, menghormati arsitektur aslinya tetapi tidak membuat keributan.Saat itu Roaring Twenties—satu dekade yang berlebihan—tetapi bagi Frank, Sparta adalah modern.
Frank menyuruh pekerjanya mengelupas cat dari panel kayu ek gaya Louis XVI, meninggalkan kayunya pucat dan berpasir.Bersama dengan temannya dan kemudian rekan bisnisnya, pembuat furnitur Adolphe Chanot, dia menciptakan dekorasi yang sangat sederhana yang dapat menandingi dekorasi sebuah biara.Palet utamanya adalah warna netral yang paling ringan, mulai dari marmer putih dengan garis-garis kelabu tua di kamar mandi hingga sofa kulit dan bahkan seprai yang dilemparkan Franck ke meja makan Louis XIV.Dia membiarkan parket Versailles telanjang, seni dan kebebasan dilarang.Rumahnya begitu ditinggalkan ketika Jean Cocteau berkunjung sehingga dia dilaporkan bercanda, "Anak muda yang menawan, sayang sekali dia dirampok."
Frank meninggalkan apartemen dan pindah ke Buenos Aires pada tahun 1940, tetapi sayangnya, selama perjalanan ke New York pada tahun 1941, dia menderita depresi dan bunuh diri.Dupleks ikonik sejak berpindah tangan dan telah direnovasi beberapa kali, termasuk oleh minimalis Jacques Garcia, dengan sebagian besar cetakan Frank terhapus.
Tapi tidak semua, seperti yang ditemukan oleh desainer Paris Pierre Yovanovitch selama renovasi rumah Prancis baru-baru ini.Panel kayu ek mentah dan rak buku dipertahankan, begitu pula marmer merah muda pucat di lobi.Bagi Yovanovitch, hal itu cukup memuaskan keinginan klien untuk mengembalikan suasana rumah “ke Jean-Michel Franck – sesuatu yang lebih modern,” katanya.
Tugas ini sangat kompleks dan merupakan tantangan besar.“Saya perlu menemukan inti dari karya Franck dan menghidupkannya,” kata Yovanovitch, yang menjadi penasihat Komite Jean-Michel Franck yang terhormat selama proyek berlangsung.“Berpose sebagai orang lain bukanlah minatku.Kalau tidak, kita akan membeku dalam waktu.Kita harus menghormati sejarah, tetapi juga berkembang – di situlah kesenangannya.Ciptakan apartemen yang tidak terlalu dihias atau dibesar-besarkan.Sesuatu yang sederhana dan kompleks.Benda".Apartemen Jean-Michel Franck, tetapi di abad ke-21.
Yovanovitch memulai dengan mendesain ulang dupleks seluas 2.500 kaki persegi.Dia meninggalkan dua salon utama sebagaimana adanya, tetapi mengubah sebagian besar sisanya.Dia memindahkan dapur dari sudut jauh ke lokasi yang lebih sentral – seperti yang terjadi di apartemen tua Paris yang besar, “karena keluarga memiliki staf,” jelasnya – ke lokasi yang lebih sentral, dan menambahkan dapur dengan bar sarapan. .anjungan pulau.“Sekarang sangat bahagia,” komentarnya.“Ini benar-benar ruang keluarga.”Dia mengubah bekas dapur menjadi kamar mandi tamu dan ruang rias, dan ruang makan menjadi ruang tamu.
“Saya sering mengerjakan rumah dari abad ke-17 dan ke-18, tetapi saya yakin rumah-rumah itu pasti hidup di zaman kita,” kata Yovanovitch.“Dapur lebih penting akhir-akhir ini.Ruang keluarga lebih penting.Wanita memiliki lebih banyak pakaian daripada sebelumnya, jadi mereka membutuhkan lemari pakaian yang lebih besar.Kami lebih materialistis dan mengumpulkan lebih banyak barang.Itu memaksa kami untuk mendekati dekorasi dengan cara yang berbeda.
Dalam menciptakan aliran, Jovanovic bermain dengan fitur desain apartemen yang tidak biasa, seperti menara bundar kecil tempat ia menempatkan kantor rumah istrinya dengan meja berbentuk bulan sabit, dan tangga tanpa jendela ke lantai dua, di mana ia menugaskan sebuah lukisan dinding yang menyenangkan yang mengingatkan dari jendela dan cetakan., dan teras seluas 650 kaki persegi — sesuatu yang langka di Paris — yang dia sambungkan ke ruang tamu dan ruang makan, memungkinkan, seperti yang dia katakan, "masuk dan keluar".“
Waktu posting: Mei-23-2023